Home
Bahasa Indonesia
Pengertian Menyunting

Penyuntingan berasal dari kata dasar sunting. Kata sunting melahirkan bentuk turunan menyunting (kata kerja), penyunting (kata benda), dan penyuntingan (kata benda). Kata menyunting berarti menyiapkan naskah siap terbit dengan memperhatikan sisi sisematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat). Orang yang melakukan pekerjaan menyunting disebut penyunting. Sementara itu, penyuntingan bermakna proses, cara, perbuatan, yang terkait dengan kegiatan sunting-menyunting.
Menyunting dapat diartikan sebagai kegiatan membaca kembali sambil menemukan kesalahan-kesalahan redaksional sebuah tulisan. Proses ini biasanya dilakukan oleh diri sendiri terhadap tulisan sendiri atau penyunting terhadap tulisan orang lain. Kegiatan penyuntingan terlihat sepele sehingga tahap ini sering sekali terabaikan. Padahal, pengalaman hampir semua penulis besar mengungkapkan, proses penyuntingan adalah sebuah tahapan menulis yang menjadi salah satu kunci sukses mereka menjadi penulis ternama.
Untuk menangkap kesalahan, baik ejaan, gaya, maupun pemakaian kata, kita harus membaca dan membaca tulisan kita. Bila perlu bacalah dan cek ejaan atau kata yang meragukan dengan membuka kamus berkali-kali. Untuk mencari kesalahan dalam tulisa Anda, tanpa mengurangi kelancaran menulis maka hindari mengecek ejaan atau pemakaian kata pada saat menulis. berkali-kali membuka kamus atau buku pedoman di tengah Anda menulis akan menghambat kelancaran kreativitas dan tindakan itu juga memakan waktu.
Setelah selesai menulis, segeralah melakukan pengecekan ulang sekali lagi. Sering mata Anda telenda pada satu baris atau paragraf ketika Anda mengecek cerita Anda. Pengecekan ulang akan mengurangi kesalahan. Bila Anda menemukan kata yang salah eja atau salah pakai, tulislah dalam buku catatan Anda. Jangan malu menyimpan daftar kata yang membingungkan agar selalu bisa mengecek mana yang salah dan mana yang benar dengan cepat. Belajar mengeja kata-kata itu akan sangat membantu. Terlebih bila si pewarta memahami tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Kadang pewarta warga beranggapan penyuntingan hanyalah pekerjaan tim penyunting. Di portal suarakomunitas.net, mereka biasanya mengirim tulisannya, meskipun kondisi masih amat mentah, pewarta belum mencek ketepatan kata, tanda baca, pemenggalan kalimat, dan lain-lain. Pendapat ini ada benarnya, tetapi apabila pewarta terbiasa menyunting tulisannya sendiri, maka dia akan terhindar dari kesalahan-kesalahan penulisan kecil. Pengalaman menyunting memberikan banyak keuntungan pada pewarta, antara lain pesan yang ingin disampaikan pewarta dapat ditangkap dengan baik oleh penyunting dan pembaca. Pewarta juga mewarisi tradisi disiplin dalam menulis. Tradisi ini berimbas kepada sifat-sifat kepribadian lainnya sehingga penulis memiliki kemampuan menghadapi dan menjalankan tugas-tugas lain secara lebih baik. Akibat langsungnya, tulisan pewarta segera dimuat atau ditayangkan.
Penyunting tulisan yang akan dipublikasikan perlu mempertimbangkan aspek pembaca. Tulisan akan dibaca oleh pelbagai kalangan, dengan umur, taraf hidup, dan pendidikan, yang  berbeda-beda sehingga saat menyunting pewarta perlu menyesuaikan gaya tulisannya dengan latar belakang pembaca. Secara garis besar kegiatan penyuntingan meliputi:
·           Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang kasat mata.
·           Menghindari kontradiksi dan memperbaiki tulisan sebelumnya.
·           Menyesuaikan gaya bahasa sesuai dengan kebijakan media yang bersangkutan.
·           Meringkas beberapa kalimat menjadi satu atau dua kalimat yang memiliki kejelasan makna serupa
·           Menghindari adanya arti ganda dan tulisan yang membosankan.
·           Melengkapi tulisan dengan anak kalimat atau subjudul
·           Memperbaiki judul supaya menarik.
·           menulis keterangan gambar atau pekerjaan lain yang terkait dengan tulisan yang disunting.

Banyak pewarta warga gagal mempersembahkan karya terbaiknya karena masalah-masalah sepele seperti salah tulis, penggunaan kata yang kurang tepat, kesalahan pemenggalan kata, kalimat, dan paragraph, kesalahan tanda baca, dan lain sebagainya. Pada media massa arus utama, kesalahan ketik hanya boleh sebanyak tiga (3) kali dalam sebuah tulisan. Artinya, saat seorang penyunting membaca tulisan ilmiah Anda dan tiba pada kesalahan ketik yang ke-4, maka dengan segera tulisan tersebut akan dilempar ke tong sampah, tidak peduli apakah substansi tulisan anda itu penting atau tidak.

Blog authors

Raden Pedia
Raden Pedia
Memberikan Informasi Terkini dan Membahas Berbagai Artikel

No comments