Sang Lgenda Hidup |
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Salam sejahtera untuk kita semua, Selamat berpuasa bagi umat Islam di Dunia. Bagaimana dengan kondisi mu para pembaca setia SerambiCatatan.Com? Semoga selalu dalam keadaan yang sehat dan baik. Sudah lama rasanya tak ada postingan baru dari blog ini. Buat kamu yang belum baca, langsung aja klik Cerpen "Melupakan (waktu)". Pada postingan kali ini, penulis kembali mengangkat tema keluarga yang isinya pada tujuan utama menunjukkan begitu legenda nya kedua orang tua penulis. Langsung saja yuk di baca
-----------------
SANG LEGENDA HIDUP
Penulis : R. Ayi Hendrawan Supriadi
Beningnya air dalam gelas menghampiri saat ku terbangun, disiapkan untuk melepas dahagaku. Belaian kelembutan tangan yang tak bisa ku buhongi. Hari yang indah selalu datang menyapa setiap paginya. Senyum dari asap nasi goreng yang dibuat oleh nya menyambut pagi ku. Memberikan semangat untuk ku beraktifitas. Tak kan ada yang bisa menggantikannya.
Mereka yang bekerjasama setiap waktu berusaha memfasilitasiKu, begitu indah caranya. Hingga saat nya aku harus berjauhan dengan mereka. Tumbuh dewasa nanti yang mengharuskan ku menjadi sosok seperti mereka. Tak ada kata siap hingga saat ini untuk menggantikan nya.
Kelembutan dalam menyayangi, ketegasan dalam mendidik menjadi pilar kuat untuk ku berdiri ditengah badai dan gelombang peradaban yang menerjang. Kesederhanaan menjadi ciri gayanya dalam menjalani hidup. Bersyukur adalah motonya dalam meningkatkan kehidupan.
Andai materi menjadi alat ukur rasanya lebih dari 12 angka bahkan tak ternilai apa saja yang sudah aku terima darinya. Kemandiriian yang aku rasakan adalah bukti nyata ilmu yang sudah mereka berikan. Sungguh, hanya kesuksesan diriku yang bisa membayarnya.
Setiap hari yang terlewati dengan berbekal semangat dari rumah ku ikhtiarkan untuk membangun kesuksesan diri. Semua yang bisa ku coba, sudah ku coba taka da satupun yang terlewat. Namun, kegagalan yang terlebih dahulu menghampiri. Bersamaan dengan itu Ayah dan Ibu ikut larut dalam kehidupan ku dan seakan memberikan booster semangat. Senyum mereka dan motivasi mereka yang membuat ku tetap bersemangat. Jika ada yang ingin mengambil mereka dariku, sudah ku pastikan gendering perang akan berbunyi.
Ini bukan tentang diriku yang serba kekurangan, tapi ini tentang mereka yang serba mengajarkan. Ayah dan Ibu, mereka yang mengurusku sejak dari ini lahir ke dunia. Saat diriku terbangun di malam hari hanya karena popok ku basah aku menaangis. Namun mereka balas dengan lekuk senyum indah seraya bernada “tidurlah pangeran kecil ayah dan ibu”.
Sejak kecil diriku yang mudah sekali menangis enatah apapun masalahnya selalu ku tunjukkan dengan tangis dan teriakan. Jangankan untuk menghasilkan uang seperti artis cilik di TV, untuk makanpun aku tak mau dan berujung tangis. Namun lagi, mereka menyuapiku dengan sabar. Hingga aku tumbuh besar dan penuh ambisi. Peringkat terbaik kelas yang selalu aku raih dari sejak Sekolah Dasar hingga SMK, ternyata tidak lebih hanya menghasilkan kesombongan diri. Tanpa disadari keputusan ku untuk tetap melanjutkan pendidikan. Itu adalah bukti dari kesombongan ilmu yang sudah ku peroleh. Bukan nada lembut yang ku gunakan, dan itu mungkin sangat menyakiti hati mereka. Memvonis diri ini sombong bukan tanpa sebab, di tengah keuangan keluarga yang belum berkecukupan, adik yang masih kecil dan Aku tetap memaksa untuk melanjutkan.
Tergores hati mereka, mungin itu yang ku rasa. Penyesalan satu persatu datang. Setelah bermuhasabah diri. Ku hanya mampu menitip pesan untuk Mereka pada Allah Subahana Wa Taala bahwa keputusanku untuk melanjutkan, semata-mata hanya ingin membanggakan mereka dengan kesuksesan yang insyaallah akan ku gapai.
Kesabaran mereka kembali merestui langkah ini. Langkah yang ku ikhtiarkan dan baktikan untuk kedua Orang Tua Ku. Terima kasih atas semua pengorbanan yang telah dilakukan hingga ku tumbuh menjadi pria Dewasa yang tanggung jawab, jujur, dan mandiri. Andai ada yang bisa aku berikan, aku hanya ingin bisa memberikan Surga kepada mereka. Ya Allah, ampuni hamba. Hamba yang penuh dosa ini. Ya Allah, Engkau maha mengetahui. Hamba adalah anak dari kedua orang tua yang hebat. Hamba ridha ya Allah jika mereka masuk ke dalam Syurga Mu. Ya Allah jika mereka mendahului hamba, kelak persatukanlah mereka dan tempatkan mereka di sisi mu di tempat yang sebaik-baiknya. Aamiin ya Allah ya Rabbal Alamin. AYAH…. IBU…. AKU MENYAYANGI MU…
----------------
----------------
Terima kasih sudah membaca cerita diatas semoga bisa terambil nilai-nilai baiknya dan jadikan nilai-nilai yang kurang baik untuk muhasabah diri. Jika merasa cerita ini bermanfaat jangan lupa untuk LIKE, SHARE, COMMENT dan BERLANGGANAN via EMAIL agar dapat menerima pemberitahuan terbaru dari kami. Terima kasih atas support dan doanya. Tetap semangat dan jangan lupa bahagia.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Tags :
Cerpen sang legenda,
Cerpen legenda hidup,
cerpen ayah bunda,
cerpen ayah ibu,
kesaktian ayah ibu.
Cerpen terbaru 2019
Cerpen Mei 2019
2 comments