Model Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga

Raden Pedia
August 27, 2019
0 Comments
Home
Model Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga
1.      Dalam menciptakan keluarga yang kondusif para orang tua hendaknya memperhatikan suasana harmonis dan kondusif dalam keluarga, sehingga memungkinkan pertumbuhan anak secara normal yang diantaranya meliputi :
a.       Sikap orang tua yang authoritative dengan memberikan kebebasan kepada anak untuk berpendapat melalui pembelian pengarahan-pengarahan yang tidak hanya bersifat satu arah, sediakan waktu untuk diskusi, hargai pendapat mereka sekalipun mungkin salah.
b.      Pertanyaan-pertanyaan anak yang tidak diperhatikan akan mematikan rasa ingin tahu, yang berdampak pada anak, menjadi masa bodoh dan bersikap tidak peduli dan akan menjadikan sulit berkembang baik kecerdasan maupun kreativitasnya.
c.       Bermain, baik dalam arti metode belajar (learning by playing) maupun bermain bersamaanak (aktifitas fisik) gerakan-gerakan seperti berguling, melompat-lompat, berayun-ayun sangat mempengaruhi syaraf-syaraf kecerdasan anak. Helicopterspinsalah satu metode yang dapat digunakan, melalui bermain dapat dimaksimalkan saluran indrawi.
d.      Berikan keteladanan, bagi anak menirukan pekerjaan yang dilakukan ornag tua lebih mudah dibandingkan dengan melakukan apa yang diucapkan, tunjukkan sikap, ucapan maupun perilaku baik yang dapat dicontoh oleh anak.
e.       Hindari hukuman fisik, hukuman fisik lebih banyak menimbulkan dampak negatif, jika emosi ornag tua sudah tinggi, hukuman fisik seringkali merupakan pelampiasan yang tidak terhendaki.
f.       Berikan perhatian pada kebutuhan anak kuhususnya yang berkaitan dengan emosi dan intelektual mereka, harus disadari bahwa kebutuhan seorang anak tidak hanya fisik semata.
2.      Kondisikan dengan suasana membaca
Para orang tua dapat memperkenalkan buku cerita kepada anak sendiri mungkin dan saat yang paling mudah menanamkan kebiasaan membaca adalah saat anak belum bisa protes, yaitu waktu bayi. Bahkan sejak dalam kandungan, jika kita membacakan cerita kepada bayi setiap malam secara rutin, maka acara tersebut menjadi suatu ritual yang dinantikan anak membaca cerita kepada bayi juga mengembangkan keingintahuan serta kecerdasan anak. Ketika bayi semakin besar, sudah bisa duduk dipangkuan, mulai meraba buku dan merasakan kehangatan orangtuapada saat membacakan cerita dan itu suatu perasaan yang sangat menyenangkan anak. Perasaan itu akan terus terbawa sampai dewasa, inilah yang disebut dengan neuro association. Dengan demikian bagi anak, buku menjadi suatu yang menyenangkan saat besar.
3.      Pemberian sugestif positif dan tidak membandingkan dengan anak lain
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar waktu dari perjalanan hidup manusia lebih banyak mendapatkan sugesti yang negatif dibandingkan yang positif. Untuk itulah disarankan agar memberi dorongan pada apa yang harus dilakukan bukan yang dilarang, karena dorongan akan membuat anak berani mencoba sementara larangan membuat anak menjadi takut untuk mencoba.
Sedangkan anak diserahkan membandingkan dengan anak lain karena secar aumum manusia tidak akan berkenan jika dibandingkan dengan orang lain demikian pula pada anak.
Hal ini akan berdampak rendahnya rasa percaya diri yang disebabkan eksistensi diri yang tidak dihargai.
4.      Perkenalkan bahasa kedua

Memperkenalkan bahasa kedua (Arab, Inggris, Jepang, Jerman, Perancis) kepada anak sejak awal adalah saat yang paling tepat. Kemampuan belajar suatu bahasa asing paling tinggi sejak kelahiran hingga usia 6 tahun, dan sesudah itu menurun secara tetap dan tidak terpulihkan. Lonjakan terbesar dan perkembangan otak mulai berakhir pada usia sekitar 10 tahun. Oleh karena itu bahasa asing sebaiknya diajarkan sedini mungkin.

Blog authors

Raden Pedia
Raden Pedia
Memberikan Informasi Terkini dan Membahas Berbagai Artikel

No comments